10 Mei 2015

Ketika Mereka Menikah



Teman saya yang mau nikah, tapi saya yang capek. Capek melihat sibuknya dia mempersiapkan acara pernikahannya. Hihihi.

Sudah sejak beberapa bulan lalu sibuk memesan ini itu. Sibuk kesana kemari untuk menyiapkan printilan orang mau nikah, undangan, souvenir, foto pre wedding, katering, dan entah apa lagi. 


Sebelum nikah dia sempat curhat, tidak bisa fokus kerja katanya. Curhatnya salah tempat kali ya.. masa curhat ke saya yang belum pernah menikah ini? Alhasil saya sarankan saja ikut workshop pra nikah. Menurut hemat saya, orang mau nikah harus siap secara psikis juga dan memiliki bekal ilmu untuk menghadapi banyak perubahan yang akan ditemui pasca pernikahan. Niat saya baik kan ya? (udah iyain aja) niatnya supaya teman saya itu agak adem menjelang pernikahannya. Tapi, namanya juga orang, pasti punya pendapat yang berbeda.  Dia bilang sibuk dan tidak sempat ikut acara semacam itu.

Selain sibuk pemotretan pre wedding yang fotonya aduhai itu. Dia juga mengambil paket perawatan pra nikah di salon kecantikan. Komplit plit deh persiapannnya.  

Ketika hari H tiba. Pagi-pagi buta sudah dandan. Sampai siang bedak setebal beberapa inchi masih nempel di mukanya, karena akad nikah dilanjut resepsi. Dia menyalami setiap undangan sambil tersenyum dari pagi sampai acara selesai, sore hari. Undangan sebanyak itu apa nggak bikin tangan pegel salaman? (pertanyaan absurd).

Tradisi pernikahan disini capek bener dilihatnya. Saya saja sih yang ‘capek’, teman-teman saya sepertinya bahagia menjalani segala kerepotan persiapan nikahnya. Kadang sih suka pengen tanya saja, kenapa nggak dibuat simple saja? Seandainya dibuat simple kan tidak akan menguras tenaga dan pikiran, dan bisa lebih fokus ke persiapan pasca menikahnya bukan fokus ke resepsinya saja. Eh itu sih pendapat saya yang tidak tahu apa-apa ini. 

Ya sudah saya akhiri saja tulisan ini, daripada nanti teman saya ngamuk-ngamuk setelah membaca tulisan ini. :)


2 komentar:

  1. Saya juga berpikir begitu sih, toh syukuran kan nggak perlu repot-repot amat.
    Tapi mungkin karena ini momen sekali dalam hidup, inginnya dibikin spesial dan semua orang ikut bahagia, gitu >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mbak Safira Nys..
      Iya intinya mengabarkan supaya tidak terjadi fitnah. Tapi ya itu dia banyak yang beranggapan harus dibikin spesial karena sekali seumur hidup. Padahal tidak semua orang ikut bahagia juga kalo dapat undangan (eh itu saya) Hihihi.

      Hapus