09 Desember 2014

Guru VS TV



Anak-anak SD yang menyanyikan lagu ini di youtube
Kita jadi bisa pacaran dan ciuman karena siapa?
Kita jadi tahu masalah artis cerai karena siapa?
Kita pintar dandan dibimbing TV
Kita jadi lebay dididik TV
TV bak pelita, pembuat gelap gulita
Jasamu tiada…

Gegara melihat video ini di youtube, saya jadi ingat dengan tingkah laku anak-anak SD di tempat saya mengajar dulu. Iya, saya pernah mengabdi beberapa bulan di sekolah dasar. Well, berikut ini beberapa tingkah laku anak-anak SD hasil didikan TV yang saya lihat dengan mata dan kepala saya sendiri.


Tukang Dandan di Kelas

Saya bukan guru kelas tetapi guru salah satu mata pelajaran, jadi saya mengajar kelas 1 sampai kelas 6. Waktu itu saya mengajar kelas 6. Memang, anak-anak sekarang lebih cepat dewasa. Dulu ketika saya kelas 6 SD, berangkat sekolah dengan mandi memakai sabun wangi saja sudah cukup. Tas sekolah isinya buku pelajaran dan alat tulis. Sudah itu saja. Anak kelas 6 SD jaman sekarang? Ampun! Di kelas membawa bedak dan kaca. Ketika saya sibuk menjelaskan materi pelajaran. Mereka juga sibuk di belakang. Sibuk ngaca! membenarkan kerudung berkali-kali. Nyisir-nyisir rambut. Monyong-monyongin bibir di depan kaca. Mereka lebih centil dari gurunya.  

Bercita-cita menjadi Caesar

Mengajar anak kecil itu menyenangkan. Iya, tapi bukan mengajar anak-anak ini. Anak-anak yang setiap malam bukannya belajar tapi malah menonton acara YKS yang sedang booming waktu itu. Ditengah jam pelajaran si bocah tiba-tiba akan naik ke atas meja dan berteriak ‘Penonton..!!!’ dan seisi kelas akan menyahut ‘Oiiii!!!’. Kelas menjadi kacau balau. Bagaimana tidak? Anak-anak yang lain seakan tiba-tiba menjadi penonton YKS dan si bocah yang naik keatas meja akan menjadi Caesar, memimpin anak yang lain menyanyi. Guru, apa yang dilakukan guru? Istighfar, menarik nafas panjang, dan membujuk si bocah turun dari meja, menyuruh semua tenang. Setelah si bocah turun dari meja (biasanya proses ini memakan waktu dan kesabaran ekstra), dengan selembut mungkin saya akan memberi nasehat. Dan si bocah berkata dengan lantang “Aku ki pengen dadi Caesar e bu!!” (Saya ingin jadi Caesar bu!)

Mengaum bak serigala

Salah satu stasiun TV sedang gencar-gencarnya menyiarkan sinetron GGS alias Ganteng Ganteng Seringgila eh Serigala. Dan anak-anak SD sudah beralih ke stasiun TV tersebut. Sudah tidak lagi ingin jadi Caesar tetapi mereka ingin berubah menjadi serigala! Dari pagi sampai siang, waktu istirahat sampai saat jam pelajaran pun mereka mengaum dan mencakar-cakar. Pura-pura berkelahi dan akan berakhir dengan perkelahian yang sebenarnya.

Alay bin lebay

“Oo em ji, hellooo!!” itu kata-kata favorit beberapa anak yang sering terdengar. “Whatever!” . Nah, kata ini juga sering diucapkan anak kelas 6 ketika saya menyuruh mereka tenang. Setelah beberapa lama, akhirnya saya menemukan kata-kata itu diucapkan tokoh pada sinetron remaja yang sedang tayang di TV. Dari sini ternyata mereka mendapatkan perbendaharaan kata itu.

Well, menjadi guru tidak mudah ternyata. Usaha guru yang susah payah memberikan contoh, suri tauladan yang baik untuk anak-anak, bisa hancur sekejap mata hanya karena tayangan TV yang memang ‘hancur’. 

Seperti Teori Modelling yang diutarakan Bandura. Modelling artinya meniru. Melihat, mengamati orang disekitar yang kita jadikan role model dan meniru hingga menyerupai role model tersebut. Dan anak-anak ini memang benar-benar meniru apa yang dilihatnya di TV. Bukan guru yang mereka jadikan role model, tetapi artis yang setiap hari mereka lihat di TV. 

Semoga tayangan TV di Indonesia semakin aman untuk anak-anak. (Pray)

1 komentar:

  1. Sepertinya ortu sekarang banyak yang kurang menyadari dampak negatif TV ya (mayoritas tayangannya). Beberapa kali saya pernah singgah ke rumah yang TV-nya seperti tidak pernah mati, ditonton atau tidak ditonton nyala terus sampai semua penghuni tidur.

    BalasHapus