18 November 2014

Kutukan Voucher Belanja

Akhir pekan lalu saya dan adik pergi ke sebuah mall baru di Jogja. Adik saya berniat untuk membeli sepatu. Sampai disana kami langsung menuju rak-rak tempat mendisplay sepatu. Mall ini memiliki relatif banyak koleksi dibanding mall yang berdiri lebih dulu di Jogja, jadilah kami thawaf (baca: keliling berkali-kali) hanya untuk mencari sepatu yang pas di kaki, pas di dompet, dan pas di hati (hehehe)

Ditengah keseruan kami membandingkan beberapa model sepatu, tiba-tiba... (jeng jeng jeng!) datang mbak-mbak cantik menyapa kami. Si mbak cantik membawa struk belanja dan menawari kami voucher belanja. Dua detik pertama kami melongo karena tidak paham, kami berperasangka buruk pada Si mbak cantik! Tapi ternyata, Si mbak cantik nan baik hati itu menawarkan voucher belanja yang didapatnya dari berbelanja sejumlah nominal kepada kami. Nih mba, lumayan lo seratus ribu buat belanja hari ini, katanya. Kami pun mendadak tersadar dari kebingungan dan mengucapkan ‘terima kasih’ nyaris bersamaan. Setelah itu, apa yang terjadi saudara-saudara?



Dengan berbekal voucher seratus ribu, kami sibuk memilih sepatu. Kami membayar di kasir, dan mendapatkan voucher belanja kembali. Aha! Kembalilah kami memilih sepatu dan membayar. Lagi-lagi si mbak kasir memberi kami voucher belanja, kali ini voucher sebesar lima puluh ribu.

Kalau begini terus nggak habis-habis mbak, kata adik saya pasrah karena isi dompet sudah menipis (hihihi). Akhirnya kami memutuskan untuk memberikan voucher belanja itu kepada seorang ibu yang juga sedang melihat-lihat sepatu. Fiuh! Akhirnya kami pulang dengan membawa beberapa pasang sepatu dan yang terpenting adalah kami terbebas dari ‘kutukan voucher belanja’. :)))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar