Bagi anda yang sedang memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang baik, tulislah suara hati anda dengan tema “UNTUKMU CALON IMAMKU”
Lihatlah diri anda, tuliskan kekuatan potensi yang ada pada diri anda.
Banyak hal yang saya pelajari selama masih sendiri, antara lain beberapa sikap positif yang membangun. Kesabaran, sudah pasti. Dan tetap masih belajar sabar, karena rasa kurang puas dengan keadaan kerap berhembus-hembus di hati. Empati. Kerap kali orang-orang, baik orang baru maupun teman yang sudah lama tidak bertemu bertanya “Kapan menikah?” atau “Kok, belum menikah?” dan pertanyaan sejenisnya. Hingga saat ini, saya sudah sangat biasa mendengar pertanyaan semacam itu. Tentu awalnya tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut, meskipun tetap berusaha menjawab degan tersenyum. Bahkan sempat bertanya-tanya kenapa Yang Maha Menentukan Takdir menetapkan keadaan yang demikian untuk saya. Namun, dari sini saya paham bahwa saya sedang diajarkan satu hal, yaitu kemampuan untuk berusaha merasakan perasaan orang lain dalam satu keadaan -empati-. Saya berusaha memahami keadaan orang lain, menahan diri untuk bertanya hal-hal sederhana yang biasa diajukan dengan dalih basa-basi, meski ujungnya akan mengguratkan rasa sakit di hati lawan bicara. Ya, lambat laun, saya belajar empati untuk menjaga perasaan orang lain. Berbaik sangka. Tidak mudah untuk mampu ber-khusnudzon pada Yang Maha Pencipta. Kesendirian dan keadaan-keadaan yang saya lalui membekali saya sebuah keyakinan bahwa segala hal yang ada di alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia. Begitu pun hal yang saya alami, Allah SWT pasti telah mempersiapkan semuanya dengan sedemikian rupa hingga saya dapat mengambil hikmah dan belajar dari setiap keadaan.
Dengan sendiri, saya mempunyai banyak waktu mempelajari hal-hal sebagai bekal ketika sudah menikah nanti. Qodarullah, saya diberikan amanah untuk mengajar, sehingga saya belajar tentang tumbuh kembang anak, pengasuhan anak, dan perkembangan remaja. Dari sini saya diberikan kesempatan oleh Yang Maha Berilmu untuk menuntut ilmu yang akan menjadi salah satu bekal saya sebagai Ibu kelak. Tidak hanya itu, bergabung dengan komunitas IIP, adalah salah satu jalan memantaskan diri untuk menjadi seorang Istri dan Ibu yang profesional. Dengan sendiri pula saya memiliki waktu untuk mengembangkan diri. Saya memiliki waktu untuk mengejar ketertinggalan saya dalam berkarier. Saat ini saya masih diberikan keleluasaan waktu untuk belajar, meningkatkan kapabilitas sebagai seorang pengajar.
Lihatlah orangtua dan keluarga anda. Silakan belajar membaca kehendakNya, mengapa anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga anda saat ini dengan bekal/senjata potensi diri anda. Misi rahasia hidup apa yang DIA titipkan ke diri kita. Tulis apa yang anda rasakan selama ini.
Saya dilahirkan di
keluarga sederhana cenderung pas-pas an. Ketika menyelesaikan jenjang SMK, saya
tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari sini saya
belajar kerja keras, bahwa tidak ada yang gratis untuk mendapatkan hal
yang kita inginkan. Semua harus dibayar dengan ikhtiar sekuat tenaga dan doa
yang tak pernah putus. Saya masih menyimpan mimpi untuk dapat melanjutkan
kuliah meskipun telah sekian lama bekerja. Hingga pada akhirnya, setelah beberapa tahun bermimpi untuk dapat belajar di perguruan tinggi, akhirnya
Yang Maha Mengabulkan Doa mengijinkan mimpi saya terwujud. Hingga saya dapat
menyelesaikan jenjang strata 1 dan melanjutkan ke jenjang strata 2. Tidak
sampai disitu, Allah Yang Maha Baik, memberikan amanah kepada saya, sebuah
pekerjaan yang sering saya ucapkan dalam doa-doa saya, sebagai pengajar.
Meskipun demikian, kekecewaan
kepada orang tua yang tidak mempersiapkan pendidikan saya -anaknya- sejak dini,
sering kali terngiang di kepala saya. Tapi semua hal luar biasa yang sudah saya
capai saat ini tentu tidak lepas dari kerja keras, dukungan dan doa-doa panjang
yang tidak pernah lupa dilantunkan Ibu dan Bapak saya. Bersyukur, itulah
sikap yang dapat saya pelajari dari semua ini dan berusaha saya terapkan pada
setiap keadaan yang saya alami.
Lihat
lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan
anda?adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa anda dihadirkan di lingkungan
ini?
Saya tinggal di
lingkungan yang tidak mengijinkan saya untuk berkembang. Lingkungan yang
mengkerdilkan kemampuan orang-orang yang lahir di keluarga yang pas-pas an. Harta
kekayaan adalah ukuran utama bagi warga untuk menghargai seseorang. Orang yang
memiliki kemampuan namun berasal dari keluarga yang tidak berada, tidak akan didengar
dan tidak diberikan tempat untuk sekedar menyumbangkan ide ataupun ikut urun
rembug. Namun demikian, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk berhijrah,
berpindah ke tempat lain yang “lebih baik.” Hijrah, itulah mimpi saya
agar mendapat kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi
sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar