28 Mei 2015

Gempa - Dulu dan Sekarang

Tadi siang ada gempa kecil. Entah berapa kekuatannya. Meskipun kecil tetap saja membuat saya lari keluar rumah, panik. Padahal gempa-gempa yang kekuatannya kecil sering terjadi di Jogja setelah gempa besar tahun 2006 lalu. Tapi tetap saja membuat saya panik, walaupun kecil juga.

Dulu, saya malah lebih kalem ketika gempa besar. Gimana tidak kalem? Cuma ada bapak-bapak yang tidak saya kenal di dekat saya waktu itu. Jadi tidak mungkin teriak-teriak karena panik. Sok kalem dan sok tegar gitu ceritanya..

Waktu itu jam 5.55 pagi dan saya sudah di jalan. Jalanan lengang hanya ada saya dan seorang pengendara motor lain yang berhenti menepi. Saya pikir ban motor saya bocor jadi motor berasa oleng. Untung saja saya segera ikut berhenti dan menepi seperti bapak-bapak pengendara motor di depan saya itu. Jika tidak, bisa saja saya terkapar di tengah jalan karena guncangan yang cukup kuat. Beberapa kali guncangan hebat dan tiang listrik yang jaraknya tidak jauh dari tempat saya berdiri mengeluarkan percikan api, dan bruk! Gelap. Debu tebal tiba-tiba menghalangi pandangan. Gedung kampus kokoh bertingkat yang ada di seberang jalan runtuh seketika. Pff.. menulis ini saja saya masih merinding.

Waktu itu saya tetap melanjutkan perjalanan karena tidak tahu kalo ini gempa besar dan banyak korban karenanya. Sampai di tempat tujuan saya baru sadar kalo ini bukan gempa biasa dan saya pun memutuskan pulang.

Perjalanan pulang mencekam! Saya menuju arah Jogja selatan sementara semua orang terburu-buru menuju arah berlawanan karena ingin menyelamatkan diri dari tsunami, yang ternyata cuma isu. Jalanan kacau karena tidak ada traffic light yang berfungsi. Permukaan jalan merekah. Semakin ke arah selatan pemandangan semakin horor. Rumah-rumah banyak yang rusak.

Tidak tahan rasanya melihat dengan mata kepala sendiri kerusakan hebat seperti itu. Tapi saya masih tetap kalem sepanjang jalan ke rumah. Barulah sampai di rumah menangis sejadi-jadinya. Tangis sedih yang ditahan dari pagi sekaligus tangis rasa syukur masih bisa berkumpul dengan keluarga.

Ya! Sekarang masih saja panik kalo ada gempa. Beda jauh dengan cerita Mas Sandy Eggi di blognya. Temannya yang orang Jepang bisa kalem bahkan tersenyum ketika ada gempa dengan kekuatan 5 SR. Wow!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar